Bandung – Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat pada penghujung tahun 2025 menciptakan kondisi darurat di berbagai wilayah.
Hujan ekstrem yang berkepanjangan memicu banjir besar, longsor, serta terputusnya sejumlah akses vital, mengakibatkan banyak yang meninggal dunia dan ada yang belum diketemukan serta membuat ribuan warga berada dalam ancaman dan menyulitkan proses penanganan langsung di lapangan.
Di tengah kebutuhan mendesak akan informasi cepat dan akurat, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama PT Len Industri (Persero) bergerak cepat mengerahkan kemampuan Pengawasan dari Langit melalui teknologi satelit observasi untuk menyediakan gambaran situasional yang dibutuhkan dalam merespons keadaan darurat tersebut.
“Len hadir dan bergerak lebih cepat dalam penanganan bencana ini. Teknologi yang kami hadirkan bukan sekadar inovasi, tetapi wujud nyata perlindungan bagi masyarakat. Kolaborasi lintas lembaga seperti ini membuktikan bahwa industri pertahanan nasional mampu memberikan dampak langsung bagi keselamatan rakyat.” ujar Direktur Utama Len, Prof. Joga Dharma Setiawan, Ph.D, Kamis (4/12/2025) menyampaikan keterangan ke media.
Pemantauan dilaksanakan di wilayah Aceh, Sumatra Utara, hingga Sumatra Barat dengan mengandalkan kombinasi citra optik resolusi tinggi dan Synthetic Aperture Radar (SAR) yang mampu menembus awan dan cuaca ekstrem.
Operasi ini menggunakan layanan satelit BlackSky, yang merupakan bagian dari program kolaboratif satelit pertahanan yang dikelola oleh Len.
Seluruh citra optik resolusi tinggi dan Synthetic Aperture Radar (SAR)
yang diperoleh kemudian dianalisis bersama BRIN untuk menghasilkan informasi situasional yang presisi guna mendukung proses evakuasi, distribusi bantuan, dan pengambilan keputusan cepat di lapangan.
Melalui proses pemetaan cepat, Len mengidentifikasi tingkat kerusakan di sejumlah wilayah terdampak. Di perbatasan Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, terdeteksi sekitar 856 bangunan terdampak banjir dan 1.616 bangunan berpotensi terdampak.
Di Kabupaten Takengon, analisis menemukan sekitar 50 titik longsor dan 5 ruas jalan yang terputus. Sementara itu, di Kabupaten Bireuen, teridentifikasi sekitar 413 bangunan terdampak banjir serta 796 bangunan yang berpotensi terdampak.
Seluruh pemetaan ini dilakukan melalui perbandingan citra Sentinel-2 Very High Resolution, Mosaic Planet, dan BlackSky yang terintegrasi dengan data Open Street Map.
“Terima kasih atas dukungan data citra dari Len. Tim task force cepat tanggap bencana BRIN sudah dapat mengidentifikasi jalan putus dan daerah longsor. Harapannya, informasi yang kami sampaikan semakin akurat.” ungkap Dr. Eng. Budi Prawara, Kepala Organisasi Riset Elektronika & Informatika BRIN.
Tentunya data yang dihasilkan tidak hanya menggambarkan kondisi wilayah secara menyeluruh, tetapi juga menjadi dasar bagi berbagai pihak untuk merumuskan langkah taktis secara cepat dan tepat.
Dengan kemampuan akuisisi citra multisensor yang responsif, analisis terintegrasi, serta koordinasi lintas lembaga, Len membuktikan bahwa teknologi pertahanan Indonesia mampu memberikan dampak signifikan. Len berkomitmen untuk terus mendukung percepatan pemulihan dan menjaga keselamatan masyarakat di seluruh Indonesia. (tugas/Abi).











