Batanghari – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Batanghari, Jambi, Maypen Hery mengatakan pertumbuhan ekonomi daerah pimpinan Muhammad Fadhil Arief (MFA) dan Bakhtiar tahun 2020 mengalami kontraksi. Pemicu kontraksi adalah wabah pandemi Covid-19.
“Kalau dari sisi pertumbuhan perekonomian memang pandemi Covid-19 tahun 2020 sangat berdampak terhadap semua sektor, mulai sektor pertanian, sektor pertambangan, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas terjadi kontraksi,” ucapnya dikonfirmasi, Selasa 5 Oktober 2021.
Sektor-sektor mengalami penurunan dari pertumbuhan sebelumnya yaitu sektor pertanian. Sektor pertanian pada 2019 berada di angka 4,56% menjadi 1,62% tahun 2020. Tapi ada juga sektor yang mengalami pertumbuhan negatif, seperti sektor pertambangan dan penggalian -3,82%, sektor industri pengolahan -1,10%, transportasi dan pergudangan -2,84%.
“Jadi secara keseluruhan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Batanghari tahun 2020 mengalami kontraksi -0,27%,” ucapnya.
Kontribusi terhadap perekonomian Batanghari pada 2020 terbesar masih di sektor pertanian sebesar 42,75%. Selanjutnya kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 11,46%, kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan lainnya sebesar 9,39%.
“Mungkin itu sebagai gambaran umum perekonomian di Kabupaten Batanghari pada 2020,” katanya.
BPS Batanghari mengambil sampel perekonomian secara keseluruhan dan tidak bisa menggambarkan dari kecamatan. Jadi kalau mau mendapat informasi terkait dengan peranan pertanian, kata dia bisa menghubungi instansi terkait.
“Mereka bisa lebih detail memahami terjadi pertumbuhan lebih baik dan yang menjadi penurunan,” ujarnya.
Menurut Maypen, Nilai Tukar Petani (NTP) pada 2021 terjadi kenaikan pada Agustus. Secara umum, NTP gabungan dari semua sektor sebesar 127,63%. Memasuki periode September 2021, NTP mengalami kenaikan menjadi 130,94%.
“Terjadi perubahan 2,60%. Jadi boleh dikategorikan secara umum petani di Kabupaten Batanghari sejahtera. Karena kalau NTP itu kan nilainya di atas 100 berarti ada seping kelebihan uang. Tetapi ini kita melihat secara gabungan,” ucapnya.
Kalau melihat dari sektor komoditi tanaman pangan, ujar Maypen justru nilai tukarnya 96,32%. Artinya petani Kabupaten Batanghari untuk kecukupan hidupnya belum mencukupi. Makanya mungkin ada intervensi dari pemerintah, biasanya ada bantuan bibit, bantuan pupuk pada petani-petani tanaman pangan.
“Kemudian lagi untuk tanaman hortikultura NTP sebesar 94,59%. Selanjutnya tanaman perkebunan rakyat. Jadi paling menonjol dan paling sejahtera adalah tanaman perkebunan rakyat, dimana NTP mencapai angka 140,47%. Bisa dibayangkan kalau petani kita sebagian besar bergerak di bidang perkebunan, Insya Allah mereka dalam keadaan sejahtera,” katanya.
Ia berujar kalau dari sisi peternakan NTP sebesar 100,68%. Jadi masih ada kelebihan untuk kesejahteraannya, masih sejahtera. Selanjutnya perikanan tangkap NTP sebesar 114,76% dan perikanan budidaya NTP sebesar 100,36%.
“Itu sebagai gambaran yang bisa saya sampaikan,” ucapnya.