Jakarta – Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir mengatakan, inflasi di tingkat nasional pada Januari 2024 secara Year on Year (YoY) sebesar 2,57 persen.
Tomsi minta pemerintah daerah (Pemda) yang angka inflasinya di atas nasional untuk mendalami permasalahan, sehingga langka pengendaliannya bisa maksimal.
Hal itu ditekankan Tomsi saat mempimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi yang dirangkaikan dengan Penyelenggaraan Layanan Pemerintah Daerah kepada Penyandang Disabilitas secara hybrid di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Senin (5/2/2024).
“Begitu juga dengan kabupaten dan kota, ini jumlahnya kan cukup banyak, sehingga yang posisi di tengah ini, kabupaten/kota lainnya tidak tertulis di sini, namun dapat ditanyakan kepada BPS daerah masing-masing, terutama mereka yang masih di atas angka rata-rata nasional, begitu juga dengan kota,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Tomsi juga memaparkan perkembangan terbaru berkaitan dengan Indeks Perkembangan Harga (IPH). Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan pembaruan sampel.
Jika IPH sebelumnya melibatkan 90 kabupaten/kota, maka saat ini bertambah menjadi 150 kabupaten/kota. Kemudian, ada harga-harga daftar komoditas yang dihapus karena masyarakat sudah tak mengonsumsinya lagi, seperti ikan jenis tertentu, tabloid, dan antena TV. Lalu, ada daftar komoditas baru yang ditambahkan seperti masker, CCTV, hingga tarif MRT.
“Sampai dengan saat ini, kita bisa melihat perkembangan yang signifikan. Pertama berkaitan dengan beras, beras ini yang tetap dari minggu ke minggu. Kalau minyak goreng baru pada minggu pertama ini. Kemudian cabai merah, cabai merah ini minggu lalu tidak masuk, sekarang mulai menempati posisi atas, telur ayam ini dampak daripada jagung, gula pasir,” bebernya.
Pihaknya meminta Pemda untuk fokus melakukan langkah pengendalian, khususnya terhadap komoditas lima besar yang mengalami kenaikan harga.
Selain itu, Tomsi mengingatkan Pemda terkait ancaman yang berkaitan dengan cuaca yang tak terduga. Sebab kondisi tersebut dapat berdampak pada potensi gagal panen, banjir, dan gangguan pada tanaman.
“Ini kan sudah bisa dideteksi daerah-daerah mana yang sepanjang tahun atau beberapa tahun sekali itu sawah-sawahnya dilanda banjir atau kebun-kebunnya. Oleh sebab itu, mohon perhatian untuk kepada daerah-daerah tersebut bisa melaksanakan antisipasinya,”ungkap Tomsi. (tugas).