Tanjab Barat – Di tengah keramaian perayaan kemerdekaan, suara tawa dan sorakan riuh memenuhi udara saat masyarakat Tanjung Jabung Barat menyaksikan salah satu tradisi paling ikonik, yakni lomba panjang pinang dalam rangka perayaan Hari Jadi Kabupaten Tanjab Barat ke-59 di lapangan IAI An-Nadwah, Minggu (11/08/24).
Bagi banyak orang, lomba ini mungkin hanya sekadar hiburan rakyat yang penuh tantangan dan keseruan. Namun, bagi Ustad Anwar Sadat (UAS), calon Bupati Tanjung Jabung Barat yang sering merenungkan makna hidup, lomba panjang pinang adalah sebuah cerminan dari perjuangan hidup dan filosofi kepemimpinan yang dalam.
Ketika para peserta berlomba-lomba untuk mencapai puncak batang pinang yang licin dan tinggi, UAS melihat sebuah simbol perjuangan hidup yang menuntut lebih dari sekadar kekuatan fisik. “Lomba panjang pinang adalah representasi dari kehidupan kita sehari-hari. Dalam hidup, jalan menuju puncak tidak pernah mudah. Ada banyak rintangan yang harus dilalui, dan seringkali kita harus bekerja keras, berstrategi, dan yang terpenting, saling bekerjasama untuk mencapai tujuan kita,” ungkap UAS.
UAS menjelaskan bahwa batang pinang yang licin menggambarkan tantangan dan godaan yang selalu hadir di setiap langkah. Namun, di balik setiap tantangan tersebut, terdapat peluang untuk belajar dan bertumbuh. “Setiap kali kita jatuh dan bangkit lagi, kita menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana. Ini adalah proses pembelajaran yang tidak ternilai harganya,” kata UAS, menggambarkan betapa pentingnya ketekunan dalam menghadapi cobaan hidup.
Lebih dari itu, UAS menekankan bahwa keberhasilan dalam lomba panjang pinang bukanlah hasil kerja individu semata, melainkan hasil dari kerja tim yang solid. “Setiap peserta dalam lomba ini tahu bahwa mereka tidak bisa mencapai puncak sendirian. Mereka butuh bantuan dari orang lain, mereka perlu strategi dan kolaborasi yang baik untuk bisa meraih bendera di puncak. Ini adalah pelajaran penting dalam hidup, bahwa kita tidak bisa mencapai kesuksesan tanpa dukungan dan kerjasama dari orang lain,” ujar UAS, menyoroti pentingnya gotong royong dan kebersamaan.
Filosofi ini, menurut UAS, sangat relevan dalam konteks kepemimpinan dan membangun masyarakat. Sebagai calon pemimpin, UAS percaya bahwa seorang pemimpin yang baik harus mampu mempersatukan rakyatnya, mendengarkan aspirasi mereka, dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. “Puncak kemenangan dalam memimpin masyarakat hanya bisa diraih jika kita bisa bersatu, saling mendukung, dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan,” tambahnya.
UAS juga mengaitkan filosofi ini dengan tugas berat yang ia emban sebagai calon Bupati Tanjung Jabung Barat. Ia melihat bahwa tugas memimpin bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan mudah atau sendirian. Diperlukan kerjasama antara pemimpin dan masyarakat, serta tekad yang kuat untuk mengatasi setiap rintangan yang ada di depan.
“Semangat kebersamaan dan kerjasama yang tercermin dalam lomba panjang pinang adalah esensi dari kepemimpinan yang ingin saya wujudkan di Tanjung Jabung Barat. Setiap tantangan yang kita hadapi bersama hanyalah ujian yang akan menguatkan kita. Dengan bersatu, kita akan mampu mencapai puncak kesuksesan dan membawa berkah bagi seluruh masyarakat,” tutup UAS dengan penuh keyakinan.
Dengan pandangan filosofis ini, UAS tidak hanya memberikan makna baru pada tradisi panjang pinang, tetapi juga memperlihatkan bagaimana ia memandang tugas kepemimpinan sebagai sebuah perjalanan kolektif yang membutuhkan keberanian, ketekunan, dan semangat kebersamaan. Filosofi ini menggambarkan visi UAS yang menekankan pentingnya persatuan, gotong royong, dan keteguhan hati dalam membangun Tanjung Jabung Barat menuju masa depan yang lebih baik.