Baca Jambi – Forum Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lintas Generasi Provinsi Jambi menilai Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi bersikap tutup mata dan abai terhadap kasus kekerasan serta praktik premanisme yang mencoreng nama kampus.
Sudah hampir sepekan publik menunggu sikap resmi dari pimpinan kampus. Namun hingga kini, rektorat memilih diam seribu bahasa. Demonstrasi besar mahasiswa HMI yang mendesak keadilan pun tak menghasilkan keputusan apa pun.
“Kami geram. Diamnya kampus ini sama saja dengan pembiaran! Ini bukan sekadar urusan internal, tapi menyangkut keamanan, marwah akademik, dan keadilan,” tegas M. Sanusi Koordinator Forum Alumni HMI Lintas Generasi Jambi Selasa (2/9/2025).
Menurut Mantan Ketua Umum HMI Cabang Jambi periode 1999 – 2000 itu, sikap pimpinan UIN Jambi tidak hanya memalukan, tapi juga berbahaya karena bisa memicu eskalasi konflik di lingkungan akademik.
“Rektor harusnya bertindak cepat sejak hari pertama. Minimal keluarkan pernyataan sikap untuk meredam keresahan. Nyatanya, sampai sekarang tak ada. Ini jelas menunjukkan ketidakpekaan,” ujarnya.
Presidium KAHMI Batang hari ini pun menuntut langkah tegas: rektor dan jajarannya segera menyelesaikan persoalan atau mundur dengan hormat.
“Kalau tidak mampu, jangan jadikan kursi jabatan sebagai tameng. Lebih baik mundur daripada membiarkan kampus ini jadi sarang premanisme,” tegasnya.
Tak hanya kepada pihak kampus, peringatan juga dilayangkan kepada aparat penegak hukum. Polisi diminta bergerak cepat mengusut tuntas aktor-aktor kekerasan di lingkungan UIN Jambi.
“Kampus harus steril dari intimidasi dan kekerasan. Jika aparat pun ikut bungkam, maka jangan salahkan jika gelombang perlawanan akan semakin besar,” tutup pernyataannya.
Hingga berita ini dipublikasikan, rektorat UIN Jambi belum memberikan klarifikasi secara terbuka meski tekanan dari mahasiswa dan alumni terus menguat.